Saturday, April 30, 2011
Kami Rindu PadaMu Ya Rasulullah
Cinta Rasulullah terhadap kita tak pernah pudar, tatkala berada di ambang sakaratul maut, Rasulullah tetap ingat kepada Umat nya.. tetapi apakah pengorbanan kita terhadap rasulullah? Adakah cinta kita seagung cinta Rasulullah? Semoga kita sedar akan erti sebuah cinta hakiki.
Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan
Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.
Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah, "Wahai
umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka
taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian,
AlQur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai
aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang
dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata
itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya
dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang didalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang
berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam."Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk,"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan Kenapa
Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang
sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah
terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan
Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang
mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana
nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah. Aku pernah
mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja,kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku,jangan pada umatku."Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan
hendak membisikkan sesuatu,Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah
yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah
hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammadwabaarik wa salim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
Tidak sedih kah kita dengan kisah baginda melawat kota thaif?
DAKWAH Islam yang dilakukan Rasulullah Saw kian berkembang. Namun di pihak lain, kaum kafir kian meningkatkan tekanannya terhadap Rasul dan meeka yang memeluk Islam.
Mrasa tidak aman di kota Mekah, Rasulullah mencoba datang ke kota Thaif, sebuah kota yang bertetangga dengan Mekah, guna mencari bantuan dan perlindungan. Rasul menyeru masyarakat Thaif untuk masuk Islam, masuk ke dalam barisan kaum muslimin.
Allah Swt berkehendak lain. Dia mengji kesabaran dan ketegaran Rasulullah dalam mengemban amanah risalah Islam. Alih-alih menyambut seruan kebenaran dari Rasul, masyarakat Thaif justru mencaci-maki, mengusir, bahkan melempari Rasul dengan batu. Anak-anak kecil yang sebenarnya tidak mengerti apa-apa pun ikut ibubapa mengolok-olok beliau.
Rasul berhasil menyelamatkan diri, meski laki-laki agung ini terluka. Keringat bercucuran, nafas tersengal-sengal, pakaian kotor, serta kaki pun berdarah. Beliau sampai di sebuah kebun anggur milik dua orang musyrik, Utbah dan Syaibah bin Rabi'ah.
Rasulullah memasuki kebun itu untuk beristirahat dan berlindung dari kejaran orang-orang Thaif. Air mata Rasulullah menetes. Kesedihan mendalam menghinggapi perasaannya.Lalu Malaikat Jibril pun datang kepada baginda dan meminta izin untuk mengangkat gunung di sekitar Thaif untuk menghempap pada penduduk Thaif.Baginda melarangnya kerana baginda cukup sayangkan mereka yakni ummatnya..
"Ya Allah, hanya kepada-Mu aku mengadukan lemahnya kekuatanku, dan sedikitnya upayaku, sertra tidak berdayanya aku menghadapi manusia," Rasul mulai berdoa, mengadukan keadannya kepada Allah Swt.
"Wahai Dzat Yang Maha Pengasih di antar hamba-hamba yang pengasih, Engkau adalah Rabbnya orang-orang yang lemah dan juga Rabbku. Kepada (siapa aku mengadu), apakah kepada Dzat yang membebaniku, atau kepada sesuatu yang jauh dan menerimaku dengan muka masam, ataukah kepada musuh? Sementara Engkau menguasakan perkaraku? Jika saja kemurkaan-Mu tidak menimpaku, tentu aku tidak peduli. Akan tetapi ampuna-Mu lebih luas untuku daripada kemurkaan-Mu yang akan Engkau timpakan kepadaku, atau Engkau tempatkan aku dalam kemurkaan-Mu. Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu, yang Engkau hapus segala kegelapan dengan terbitnya, dan Engkau selaraskan urusan dunia dan akhirat dengan baik di atasnya. Hanya untuk-Mu segala kerelaan hingga Engkai ridla. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali bersama-Mu."
Pemilik kebun anggur, Utbah dan Syaibah, mendengar ada suara di kebunnya. Keduanya terpesona dengan ucapan doa yang belum pernah mereka dengar. Mereka pun mendekat dan bertanya kepada Rasulullah Saw serta meminta penjelasan mengenai hakikat ucapan doa yang beliau panjatkan. Singkat cerita, dialog itu menjadikan kedua lelaki musyrik pemilik kebun anggur menjadi Muslim.
MERUPAKAN sunnatullah, memperjuangkan kebenaran atau dakwah islamiyah akan menghadapi berbahai fitnah(ujian).
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesedaran untuk
mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita. Kerana sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.
Allahu Ta'lah A'lam.
Ya Rasullullah saw.. betapa aku merinduimu...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment